Suara berisik terdengar memekak ‘kan telinga. Bagaimana tidak. Banyak yang teriak-teriak tidak jelas, ada yang gosip bahkan ada yang cuci mata sama cogan-cogan. Ah sungguh memuakkan, ia benci situasi yang penuh kebisingan seperti ini.

Bạn đang xem: Raina casi

“Caca!” Suara menggelegar memenuhi seluruh koridor SMA Rajawali ini. Seluruh pandangan mata mengalih pada sosok lelaki yang berlari dengan senyum terpatri dibibirnya.  Dia adalah Dimas. Dimas Putra Kencana. Pemuda dengan tubuh atletis. Si ketua futsal dengan ketampanan di atas rata-rata. Banyak kaum hawa yang menyukainya. Namun, tidak untuk Marsya.

Cewek yang di panggil tadi adalah Marsya Raina Wijaya. Si cewek judes dengan seribu pesona yang sering di sapa dengan panggilan Caca.

Dengan malas wanita itu membalikkan badannya, “Apa!” Jawabnya sarkastik.

“Santuy Ca. Gue cuma mau ngajak lo buat ke kantin, sarapan bareng gitu,” ucapnya di sertai cengiran lebar.

“Sory, gue nggak bisa,” tolaknya.

“Ealah Ca, cuma sebentar doang. Gue yang traktir deh.”

Tak menggubris ucapan pemuda itu, ia memilih membalikkan badan dan siap melangkah. Namun naas, dia malah di tabrak sesorang yang membawa sebuah gitar ditangannya.

“Sory gue nggak sengaja.” Tanpa menjawab ia pergi meninggalkan pemuda yang baru saja menabraknya.

“Eh Caca. Kok gue ditinggal lagi sih,” gerutu Dimas.

“Bodo amat.”

“Ya ampun Ca, gue itu sebenernya kurang apa sih. Keren, Ganteng, ketua futsal dan banyak lagi deh. Kok lo gak mau sama gue sih.”

“Lo keren, tapi sory gue nggak tertarik sama lo.”

Jawaban yang mampu membuat siapa yang mendengarnya menggertu kesal. Pasalnya banyak yang menyukai Dimas tapi, entah mengapa Caca menolaknya mentah-mentah.

Xem thêm:

Banyak yang mencemoohnya. Ada yang mengatakan sok cantik, sok jual mahal dan masih banyak lagi. Namun Caca tak menghiraukannya. Toh, ini hidupnya. Ini keputusannya, kenapa orang yang ribet.

Dasar manusia julid.

                               ***

Bruk!

Caca menghempaskan tas punggungnya dengan kasar di bangku kursinya. Ia lelah berhadapan dengan manusia-manusia julid penghuni sekolah ini.

“Ikan salmon nyangkut di karang. Apakabar Caca sayang.” Pantun absurd dari teman sekelasnya Bisma,  membuat mood Caca semakin buruk.

Ia hanya mendengus kesal. Pasalnya setiap hari rayuan gombal dari Bisma begitu membisingkan telinga.

“Ca, gue boleh nyontek PR kimia lo nggak. Gue tau lo itu udah selesai bahkan sebelum gurunya ngasih tugas. Boleh ya, plis,” pinta Bisma.

“Nih!” Caca memberikan buku tulisnya.

“Burung garuda terbang melayang. I Love You Caca sayang.”

“Sumpah gue jijik dengar lo pantun kaya gitu.” Celetuk Vivi. Teman satu bangku Caca.

“Eh Ca, lo tau nggak–“

“Nggak.” Potong Caca cepat.

Xem thêm: Hoài Linh Là Ai? Tiểu Sử Danh Hài Hoài Linh Và Vợ Con Hiện Tại

“Ealah Ca. Gue belum selesai bicara.”

“Katanya ada murid baru dari SMA Garuda. Menurud gosip yang gue denger, cowok itu anak musik, ganteng trus pinter. Dan … dia masuk ke kelas kita. Berita bagus nggak, kapan lagi ada cogan masuk kelas kita.” Jelas Vivi menggebu-gebu.